Selasa, 09 Oktober 2012

Persimpangan Jalan

Saat ku berjalan menuju kelas ruangan tempatku kuliah banyak kutemui pemandangan yang membuat rasa iri ini keluar dari persembunyiannya. Dibawah kanopi ditepi parkiran kampus kutemui banyak mahasiswa berkerumun, jumlahnya banyak dan mereka tertawa, mereka bergurau dan kulihat dari dari garis wajahnya jika mereka benar-benar menikmati situasi di siang itu. 

Tak ada yang lebih membosankan bagi mahasiswa ketika mereka "dipaksakan" untuk mengulang mata kuliah. Mengulang mata kuliah atau biasa ku sebut "menghapus dosa masa lalu" ini berbeda dengan kuliah-kuliah sebelumnya. Jika sebelumnya aku biasa jahil, aku biasa bergurau dengan teman sekelasku berbeda pada masa ini, aku hanya bisa memperhatikan jam tangan, menanti kapan dosen ini menyampaikan kalimat penutup.

Aku pernah mengalami masa-masa dimana "orang tuaku" menjadi teman seman sebaya pada semester-semester lalu. 

Sejujurnya aku merasa rindu dengan hal-hal yang telah lalu. Aku ingin sebentar saja berganti peran dengan dengan anak-anak yang berada di bawah kanopi ditepi parkiran kampus. Mungkin berkumpul bersama dan membuat lelucon telah menjadi kenangan di kepala kita masing-masing.

Sadarkah jika kita telah berada di sebuah persimpangan jalan, persimpangan yang akan memisahkan kita nantinya. Kita tidak tahu apakah kita akan bersama-sama lagi atau bercerai berai di hari nanti, tapi nampaknya kita harus membiasakan diri pada situasi tercerai berai. 

Kuliah menurutku bagaikan merajut sebuah baju, dan kini kita sudah dalam posisi sulaman terakhir. Semoga saja baju yang kalian kenakan indah, untuk dikenakan di dunia luar, aku harap kalian bisa menambal atau mengingatkan bila melihat salah seorang dari teman yang berlubang di bagian bajunya.

Serba tak enak bila telah sampai di persimpangan. Bimbang, berat kaki ini untuk melangkah tapi kita dituntut untuk  terus berlari. 

Kiranya kalian mesti membaca rangkaian kata ini,

Aku tak mau kita seperti ini
Mengapa harus bingung menghadapi persimpangan
Mengapa kita tidak menjebol dinding pemisah jalan?
Atau mengapa kita tidak memilih jalan lain yang bisa kita lalui bersama-sama?
Tapi tampaknya kita harus mengalah dengan realita
Dinding pemisah jalan itu semu, tak bisa dipisahkan
Jalan lain pun tak ada, pilihannya cuma satu. Pilih jalan itu dan lanjutkan perjalanan
Kita punya sekotak cereal sebagai bekal perjalanan
Pastikan kalian mau berbagi bekal itu kepada teman seperjalanan
Aku tidak suka dengan episode kali ini
Tapi percaya suatu hari kita bakal tersenyum
Di muara nanti
Kita akan bertemu, berbagi dan berusaha mengulang episode-episode yang telah lalu
Mari kita lanjutkan peralanan ini
Semakin lama disini kita bisa diterkam hewan buas bernama "waktu"
Selamat jalan teman
Berteriaklah bila kalian sudah tiba di muara

  

1 komentar: