Selasa, 02 Oktober 2012

Hiperbola Perumpamaan

Setengah windu silam aku mulai menghafal pandangan mu.

Aku pun mulai yakin sorot mata itu berasal dari mata indahmu.

Mulai detik itu mengagumi-mu menjadi rutinitas tambahan bagiku.

Aku bisa menebak bahwa anggun, adalah suara langkah kakimu.

Rasa ingin tahuku bertambah, bagaimana lukisan senyum diwajahmu.

Oh, Nostradamus aku ingin berbagi pandanganku ini.

Mao Zedong pun kukira akan melunak melihat garis senyummu.

Aku merasa beruntung Soekarno telah wafat, aku tak mampu bersaing dengannya.

Ah, senyum dan tawa kecilku keluar saat ku menulis kata-kata ini, manis kisahnya seperti kue ulang tahun pertamaku.

Saat itu, aku mulai mengeja namamu, adakah persamaan nama antara aku dan kamu, tapi hasilnya berbeda, kau bernama tengah "cantik" dan aku "biasa".

Jatuh cinta membuatku malu, bodoh dan hiperbola, seolah tak percaya aku tak mampu mengeja deret Alfabet.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar