Jumat, 05 Oktober 2012

Coca-Cola.

Tak jelas kapan pertama kali aku menjadi penggemar minuman ringan ini. Mungkin pada saat bayi dulu, Ibuku malas menyusuiku dan malah memberikan sebotol coca-cola untuku. Adrenalin ku meningkat ketika meneguknya, syarafku seolah mengendur ketika mencium aromanya. Minuman ringan yang dicptakan Dr. Jhon S Pemberton ini paling sering kuteguk saat Manchester United bermain. Tegukan ku makin sering ketika Luis Valencia menyusur lewat sayap kiri permainan, memang minuman ini bagaikan morphine bagiku saat suasana sedang genting. 

Aku suka memperjelas aromanya ketika sendawaku meluncur dari tenggrokan, harum aromanya. Menurutku minuman ini tak ada pesaing berarti dari minuman-minuman ringan para pesaing pasarnya. Tanpa tambahan lemon dan hanya mengandalkan orisinalitas soda dan rasanya minuman ini bisa memberikan fantasi seperti di antartika ketika matahari sedang galak-galaknya. Wanita akan menjadi sexy bila membawa sekaleng minuman hitam pekat ini, entah mengapa kulihat demikian. Berbicara wanita, maka perbandingannya sama dengan wanita pembatik jika berbicara coca-cola dengan wanita dari sisi seksualitas mereka.




Saran ku, sesekali cobalah meminumnya ketika malam sunyi dan ditambah musik dari band-band britpop seperti Blur,Oasis, Radiohead ataupun Pulp, untuk apa? kalian temukan sendiri jawaban ketika mencobanya. 


Tidak ada komentar:

Posting Komentar