Senin, 01 Oktober 2012

Patas AC

Aku lupa tahun berapa pengalaman ini terjadi, Kalo tidak salah akhir 2009 atau awal 2010 silam. Siang itu dengan menumpang patas AC aku duduk dideretan bangku paling belakang. Di daerah Ratu Plaza naiklah pengamen, kuterka umurnya sekitar 32 tahun. Gitarnya usang, Bajunya seakan-akan sudah dikenakannya sejak tiga hari yang lalu. Menariknya, lagu yang dimainkan lagu  balada ala Alm. Franky Sahilatua, aku suka lagu-lagu seperti itu, jenaka namun tajam.

Kunikmati petikan gitar walau suaranya sedikit parau. Ratu Plaza - Kebayoran ditukar dengan 3 sampai 4 lagu, dan tibalah sampai pada waktu yang dinantinya, menanti uang saweran para penumpang. Sekilas ada garis khawatir di raut wajahnya, penuh harap bungkus permen yang menjadi wadahnya penuh sesak. 

Aku suka pengamen ini, ia beda, sama sekali ia tak memunculkan sedikit pun tanda tanda arogan seperti kebanyakan pemain lainnya. Ia selalu melempar senyum, sekali-kali ia tertawa tanpa sebab, tapi kuhargai karena langka menemukan keramahan seperti ini.

Satu satu ia berjalan ke belakang penuh harap meminta beberapa sisa Rupiah dari kantong para penumpang. Ada yang memberi ada yang tidak. Wajar bila ketika penumpang memberinya uang ia mengucapkan terimakasih, itu harus menurutku, tapi ia lain ia mengucapkan terimakasih kesemua penumpang baik yang memberi atau pun yang tidak bahkan yang apatis pun ia tambah dengan bonus senyum ramah.

selesai "menunaikan tugasnya" ia duduk tepat disampingku. Ia keluarkan uang hasil menyanyinya dan terdengar "Alhamdulillah dapet lapan setengah" seketika itu ku menoleh dan membuat ia kaget sehingga membuat selogam uangnya jatuh, ia pun mengambil uang itu sambil berkata "biar cepe juga lumayan bisa nambah nambah beli minum". Ohhh ya Tuhan lancarkanlah rezeki orang ini, berilah ia kesehatan, ia mengajariku banyak hal dari mulai ramah kesetiap orang walau ia mendapat perlakuan yang tak enak sampai pelajaran sulit bernama "bersyukur".

Kadang kita kesal melihat usaha kita dianggap remeh, kadang kita pun merasa remeh dengan selogam uang kita, kapan kita terakhir mengucap "Alhamdulillah"?. Seolah-olah kita merasa kata sakti itu hanya "boleh" dikeluarkan saat kita mendapat rezeki besar, kita lupa, kita tertawa, kita berkumpul dengan keluarga, kita sehat, itu sudah luar biasa.

Jadi pilihannya ada di kita sendiri mau bersyukur sekarang atau menunggu menjadi (maaf) pengamen baru mau bersyukur?

"Setiap orang di dunia ini adalah seorang tamu, dan uangnya adalah pinjaman. Tamu itu pastilah akan pergi, cepat atau lambat, dan pinjaman itu haruslah dikembalikan" (Ibnu Mas'ud)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar