Minggu, 30 September 2012

Malas Rasanya, Tapi Ku Sayang Kamu

Hey kau yang angkuh

kembalikan gulingku

Jangan merebut selimutku

Aku mau main game juga, giliranku

ku bilang "gantian" atau kau ku pukul !

Jangan minum, minuman ku !

Coklat itu miliku, awas !

kau berani jilat es krimku, lehermu putus !



Sepertinya lebih banyak yang "pahit" dari pada yang "manis" tapi ini cuma media sosial, kau tahu apa yang ada di hatiku, darahmu darahku, kita sama sama pernah keluar dari lubang vagina yang sama, maaf bila aku selalu menjadi yang menyebalkan dalam hidupmu. Tapi bila kau tanya, "apakah kau sayang aku?" aku akan semangat mengangguk.

Aku Sebal dengan Waktu

Aku yang sedang menanti detik-detik bertambahnya usia

Aku yang teringat tentang dirimu

Apakah kau ingat aku suka meletakan kepalaku di kedua pahamu?

Apakah kau ingat kau selalu berkata "ahh terlalu kotor kupingmu"

Apakah kau ingat aku menjadi perusuh ketika kau beristirahat dengan jeritku meminta susu?

Senyum ini muncul ketika ingat kau sering mengolesi cabe rawit di mukaku ketika ku nakal

Aku rindu ketika kau memukulku ketikaku tak bersahabat dengan sayur

Aku juga rindu kau merapikan seragam ketika aku sekolah dulu

Apakah kau ingat ketika ku selalu menggerutu ketika kau menyisir rambutku

Masih terekam jelas ingatanku ketika kau menimangku gemas

oyaa, kapan terakhir kita foto bersama? sudah lama, mungkin beberapa tahun lalu ketika mas wisuda

Aku sebal dengan waktu, karena ia sombong, begitu saja berlalu tanpa mengerti betapa rindunya aku

Tetaplah bersamaku, tanpamu aku bisa apa

Segelas Teh dan Pisang Goreng

Percakapan pagi itu akan selalu ku ingat. Percakapan dengan Bapak ditemani segelas teh hangat dan beberapa potong pisang goreng buatan Ibuku. Seperti pagi-pagi sebelumnya, bangun tidur langsung kulangkahkan kakiku kearah dapur, menengok, adakah yang bisa kumakan pagi ini.
Mulanya aku dan beliau berdiskusi santai, pisang goreng yang mengepul ini sangat pas di pagi yang cukup dingin, karena kebetulan malamnya hujan turun.
Tiba ketika saat Bapak mengucapkan kalimat "Kamu harus mengangkat derajat keluarga ini" aku pun sempat terkejut, "masih pagi, tak usah terlalu serius" ucapku dalam hati. Memang wajar bila orang tua berkata seperti itu kepada anaknya, Orang tua selalu berharap nama baiknya tidak tercemar dan "syukur-syukur" bisa terangkat. Sampai saat aku menulis "curahan hatiku" ini, aku belum mencapai prestasi yang terbilang luar biasa, kalau bukan saat hari raya Bapak dan Ibuku tidak mencium dan memelukku, padahal aku ingin itu.
Rupanya inti dari pembicaraan itu Bapak berpesan agar ketika tiba saatnya nanti, ketika ku dilepas ke "alam"  janganlah aku sampai menjadi "benalu". Kira-kira begini beliau menyampaikan.
 "Nang, banyak sudah contoh saudara, kerabat dan tetangga yang hidupnya terus memakai topeng, mereka berdandan, mereka bersandiwara, mereka hipokrit dan memihak kepada orang dengan harapan mereka mendapatkan keuntungan, jauhi hal itu. Mereka bukan laki-laki, Mereka bahkan bukan manusia, mereka benalu. Mereka rela memakan kotoran dari orang-orang yang dipujanya. Kamu punya dua tangan, lakukan yang terbaik dengan tangan itu, Ambil cangkul mu, carilah sendiri, mengapa mesti takut menghadapi dunia ini sendiri?"

Bapak memang suka bermain dengan kata-kata kiasan, mungkin biar tafsirannya menjadi banyak, tapi sejauh itu aku mengerti benang merah dari nasihat yang disampaikan beliau di pagi itu.
Ada dorongan positif ketika Bapak menyampaikan hal itu, aku semakin bersemangat membuat kedua "malaikatku tersenyum". Buatku pribadi ada kerinduan ketika nasihat Bapak masuk ketelingaku (Ohhh ya Tuhan masukanlah kedua orang tuaku kedalam golongan Rasulmu, Amin). 

Teh yang kuminum telah habis dan pisang goreng yang kumakan sedang dalam menuju perjalanan kearah dubur, tapi entah mengapa ada keharuan disini. Tiba-tiba terbesit kalimat "umur manusia tiada yang tahu" sempat aku membayangkan betapa gilanya aku, ketika aku masih "mentah" sudah ditinggalkan mereka, bisa apa aku, tapi yasudahlah biar "skenario" Tuhan ingin menulis bagaimana tentang jalan cerita ini tapi yang pasti nasihat Bapak akan selalu menjadi sebuah standar dalam hidupku.


Intermezzo

Aku bukan diriku disini


Menanti

Pulanglah, apa lagi yang kamu cari. Bagi Cerita kesekitarmu, yakinlah jika besok kau tak akan mati



Berguraulah

Banyak memang kejadian konyol yang bila diingat membuat senyum ini keluar dari persembunyiannya. Kisahku dengan Teman bila ditulis tak akan ada habisnya, mungkin bila ku tulis, kertasnya bisa menutupi separuh dunia ini, agak hiperbola tapi benar adanya 

Petang itu di tengah-tengah Bulan suci, kita bertemu memang tidak lengkap, tapi itu salah satu kejadian yang agak sulit dilupakan. Petang sampai hampir larut malam itu kita habiskan dengan tertawa, untuk hari itu sepertinya kita semua terpengaruh oleh ganja, kita bodoh, tapi aku suka.

Ingatlah ketika kita memainkan berbagai macam sandiwara. Malam itu seakan-akan aku merasa  melihat  Jhony Carson, Dana Carvey, Imogene Coca dan Rodney Dangerfield dalam satu panggung, kalian mengesankan, kalian hebat.


Sadarlah bila aku dan kalian bagai Asam dan Garam yang dipertemukan dibelanga. Pertemuan malam itu membuat ku sadar cepat atau lambat perpisahan itu akan terjadi. Kucoba untuk sementara atau sebentar saja melupakan ingatan akan perpisahan itu, tapi ku tak bisa. Kumohon pada waktu untuk biarkan aku nikmati malam itu, tapi ku tak bisa. Ku takut kenangan kita menjadi seperti Kulit kerang di pasir pantai, yang suatu hari nanti hilang disapu ombak.



Analogi

Kupikir ku benar 

Kupikir aku tepat bertindak

Kupikir kau lempar sebuah senyuman

Kurentangkan tangan hendak memeluk, tapi kau berlalu

Kusediakan gelas untuk kita bersulang, kau lirik pun tidak

Kubawa emas untuk menggadai senyumu, tetap bergeming

Kusadar

Usahaku tak akan pernah percuma

Justru kau yang berjalan kearah kesia-siaan

Awalnya

Sore menjelang petang jemari ini menari membuka awal baru. Secangkir teh seolah berteriak "Post, Post,Post,Post..". Nama blog yang kupilih suka-suka, kontennya pun suka-suka, layoutnya pun suka-suka, ini duniaku, ku berhak tertawa diduniaku, tapi ku santun, silahkan membacanya dengan tidak secara serius dan maaf bila aku membuat kamu terus mengerutkan dahi. Selamat menikmati.